Minggu, 17 Desember 2017

GBKP Diminta Terbitkan Buku Putih Pengungsi Sinabung


Kunjungi Pengungsi Sinabung, UEM Minta GBKP Terbitkan Buku Putih Kehidupan Pengungsi Sinabung

 

GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) diminta untuk menerbitkan buku putih tentang situasi dan kondisi pengungsi korban erupsi sinabung yang hingga saat ini belum tertangani dengan baik.  Buku itu akan disampaikan kepada semua instansi terkait dan juga Presiden Jokowi yang mungkin belum mengetahui kondisi ril di lapangan.

Hal itu disampaikan Moderator UEM (United Evangelical Mission) Ephorus Emeritus Pdt  WTP Simarmata  bersama pimpinan gereja anggota UEM di Sumatera Utara  di Kantor Moderamen GBKP di Kabanjahe seusai perkunjungan solidaritas ke posko pengungsian korban erupsi Sinabung Terung Peren Desa Tiganderket,  Karo, Jumat (15/12-2017). 

“Kita akan upayakan bertemu pimpinan instansi terkait dan anggota legislative dari berbagai tingkatan menjelaskan kondisi sebenarnya tentang para pengungsi tersebut. Karena apa yang dialami para pengungsi sangat memilukan. Para pengungsi disuruh mencari rumah sendiri dan mandiri dengan dana terbatas. Ini mungkin Presiden Jokowi tidak tahu. Mereka seperti Abraham disuruh Tuhan pergi tapi tak tahu mau kemana,” kata Pdt WTP.

Pdt WTP bersama  Ketua Moderamen GBKP Pdt Agustinus Purba,  Ephorus GKPS Pdt Rumanja Purba, Ephorus HKI Pdt M Pahala Hutabarat, Kepala Departemen Diakonia HKBP Pdt Debora Sinaga, Kepala Departemen Diakonia GKPI dan perwakilan Pimpinan GKPPD dan BNKP serta Kepala Kantor UEM Medan Pdt Petrus Sugito menyatakan keprihatinannya melihat kondisi tenda-tenda tempat tinggal 276 kepala keluarga dari Desa Mardinding yang dinilai tidak layak huni, fasilitas umum yang tidak memadai seperti kondisi toilet dan air  yang dimanfaatkan untuk minum mengeluarkan bau belerang.

Sekaitan dengan itu,  Pdt WTP Simarmata mengajak semua  gereja anggota UEM untuk memanfaatkan chanel yang dimiliki untuk membantu  mengatasi permasalahan masyarakat pengungsi Sinabung. 

Dikesempatan itu Kabid Diakonia Moderamen GBKP Pdt Rosmalia Barus menceritakan sejak awal kehidupan para pengungsi dan  situasi terkini yang dihadapi oleh masyarakat.  Para pengungsi yang telah menyewa rumah sendiri terus dipantau melalui pendeta-pendeta yang ada di tengah jemaat. Dia juga menyebutkan perlunya dibuat Perda oleh Pemkab dan DPRD Karo tentang penanggulangan bencana. Dengan adanya Perda tersebut,  jadi jelas penangan bencana.

Bantuan

Pada perkunjungan itu disampaikan, UEM  telah mengalokasikan  dana 20.000 Euro untuk pengungsi dan diserahkan sejumlah bantuan berupa beras, minyak goreng, gula, buku, kaus kaki untuk perlengkapan sekolah serta sejumlah uang tunai dari gereja.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari  seorang pengungsi Pt Ahmad Jani Singarimbun,  di pengungsian tersebut  ada 276 keluarga yang  berasal dari Desa Mardingding .Keluarga-keluarga ini sudah tinggal di tenda-tenda pengungsian tersebut selama  2 tahun  6 bulan. Sejak 2010 mereka sudah mengungsi berpindah-pindah tempat dan sempat kembali ke desa mereka, namun harus mengungsi lagi karena Gunung Sinabung terus erupsi hingga kini.

Pada pertemuan tersebut, perwakilan  pengungsi menyatakan keresahannya karena akhir tahun ini mereka harus meninggalkan posko dan mencari tempat tinggal sendiri. Pemerintah telah memberikan dana Rp6,4 juta untuk sewa rumah dan lahan. Sementara mereka tidak tahu bagaimana untuk mencukupi kebutuhan hidup termasuk membiayai pendidikan anak mereka. Saat ini mereka ada yang bekerja di ladang orang dan ada yang mengontrak ladang.

“Tanggal 26 Desember adalah  Natal terakhir kami bersama, setelah itu kami harus berpisah mencari tempat tinggal kami masing-masing. Saya sedih bagaimana nasib anak-anak kami,” kata  Hermina Br Karo sambil berurai airmata.

Untuk ke depannya, mereka berharap kiranya mereka tetap diperhatikan untuk pendidikan,  diberi pendampingan seperti bidang pertanian  dan spiritualitas. Perhatian juga diharapkan diberikan kepada warga yang desanya terdampak erupsi seperti pembangunan irigasi agar mereka bisa menanam padi. Saat ini mereka kesulitan karena irigasi tidak berfungsi maksimal karena dihantam banjir lahar dingin.

Ketua Moderamen  Pdt Agustinus Pengarapan Purba dalam sambutannya mengatakan, gereja akan terus berada di tengah masyarakat dan tetap peduli.  Untuk memenuhi kebutuhan hidup, harus ada yang diprioritaskan, mana yang paling urgen ditangani. Untuk menolong warga, tidak cukup hanya satu lembaga yang menangani, karena itu akan tetap dicari lembaga-lembaga lain yang ikut peduli terhadap pengungsi sinabung. Banyak cara Tuhan untuk menolong.Sementara saat ini,  gereja memperioritaskan bantuan dana yang ada untuk menutupi biaya pendidikan anak-anak pengungsi seperti pembayaran uang sekolah/kuliah, penyusunan skripsi dan lainnya.

Sementara itu Pdt WTP Simarmata dalam sambutannya menyebutkan, kunjungan mereka sebagai bentuk solidaritas UEM  yang berpusat di Jerman dan melayani di 3 benua yakni Eropa, Asia dan  Afrika untuk saling mendoakan, bersaksi dan berbagi. Karena dalam kebersamaan ada kekuatan. Walau ada perbedaan harus saling menghormati, perbedaan bukan untuk menciptakan konflik tapi melengkapi.

Pdt WTP mengajak semua warga pengungsi untuk tetap kuat dan tabah dalam menghadapi percobaan. Tuhan mengizinkan erupsi terjadi karena  Dia ingin kita semakin dekat dengan-Nya. Dalam berbagai cobaan, Dia memberi kekuatan agar umat-Nya bertahan. Orang yang sukses, mereka yang berhasil menghadapi tantangan.  Perlu kesabaran.Tuhan tidak akan meninggalkan masyarakat Karo.

Dia juga menyebutkan, akan membawa permasalahan pengungsi sinabung dalam rapat dan kegiatan UEM yang dalam waktu dekat dilaksanakan.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup, Pdt WTP mengajak kaum ibu bijak. Jangan putus asa, doanya pasti akan didengar Tuhan.

Turut memberi kata penguatan Pdt Rumanja Purba dan Pdt Debora Sinaga.(Eva Rina Pelawi)

 

 

 

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar