Minggu, 17 Desember 2017

GBKP Diminta Terbitkan Buku Putih Pengungsi Sinabung


Kunjungi Pengungsi Sinabung, UEM Minta GBKP Terbitkan Buku Putih Kehidupan Pengungsi Sinabung

 

GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) diminta untuk menerbitkan buku putih tentang situasi dan kondisi pengungsi korban erupsi sinabung yang hingga saat ini belum tertangani dengan baik.  Buku itu akan disampaikan kepada semua instansi terkait dan juga Presiden Jokowi yang mungkin belum mengetahui kondisi ril di lapangan.

Hal itu disampaikan Moderator UEM (United Evangelical Mission) Ephorus Emeritus Pdt  WTP Simarmata  bersama pimpinan gereja anggota UEM di Sumatera Utara  di Kantor Moderamen GBKP di Kabanjahe seusai perkunjungan solidaritas ke posko pengungsian korban erupsi Sinabung Terung Peren Desa Tiganderket,  Karo, Jumat (15/12-2017). 

“Kita akan upayakan bertemu pimpinan instansi terkait dan anggota legislative dari berbagai tingkatan menjelaskan kondisi sebenarnya tentang para pengungsi tersebut. Karena apa yang dialami para pengungsi sangat memilukan. Para pengungsi disuruh mencari rumah sendiri dan mandiri dengan dana terbatas. Ini mungkin Presiden Jokowi tidak tahu. Mereka seperti Abraham disuruh Tuhan pergi tapi tak tahu mau kemana,” kata Pdt WTP.

Pdt WTP bersama  Ketua Moderamen GBKP Pdt Agustinus Purba,  Ephorus GKPS Pdt Rumanja Purba, Ephorus HKI Pdt M Pahala Hutabarat, Kepala Departemen Diakonia HKBP Pdt Debora Sinaga, Kepala Departemen Diakonia GKPI dan perwakilan Pimpinan GKPPD dan BNKP serta Kepala Kantor UEM Medan Pdt Petrus Sugito menyatakan keprihatinannya melihat kondisi tenda-tenda tempat tinggal 276 kepala keluarga dari Desa Mardinding yang dinilai tidak layak huni, fasilitas umum yang tidak memadai seperti kondisi toilet dan air  yang dimanfaatkan untuk minum mengeluarkan bau belerang.

Sekaitan dengan itu,  Pdt WTP Simarmata mengajak semua  gereja anggota UEM untuk memanfaatkan chanel yang dimiliki untuk membantu  mengatasi permasalahan masyarakat pengungsi Sinabung. 

Dikesempatan itu Kabid Diakonia Moderamen GBKP Pdt Rosmalia Barus menceritakan sejak awal kehidupan para pengungsi dan  situasi terkini yang dihadapi oleh masyarakat.  Para pengungsi yang telah menyewa rumah sendiri terus dipantau melalui pendeta-pendeta yang ada di tengah jemaat. Dia juga menyebutkan perlunya dibuat Perda oleh Pemkab dan DPRD Karo tentang penanggulangan bencana. Dengan adanya Perda tersebut,  jadi jelas penangan bencana.

Bantuan

Pada perkunjungan itu disampaikan, UEM  telah mengalokasikan  dana 20.000 Euro untuk pengungsi dan diserahkan sejumlah bantuan berupa beras, minyak goreng, gula, buku, kaus kaki untuk perlengkapan sekolah serta sejumlah uang tunai dari gereja.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari  seorang pengungsi Pt Ahmad Jani Singarimbun,  di pengungsian tersebut  ada 276 keluarga yang  berasal dari Desa Mardingding .Keluarga-keluarga ini sudah tinggal di tenda-tenda pengungsian tersebut selama  2 tahun  6 bulan. Sejak 2010 mereka sudah mengungsi berpindah-pindah tempat dan sempat kembali ke desa mereka, namun harus mengungsi lagi karena Gunung Sinabung terus erupsi hingga kini.

Pada pertemuan tersebut, perwakilan  pengungsi menyatakan keresahannya karena akhir tahun ini mereka harus meninggalkan posko dan mencari tempat tinggal sendiri. Pemerintah telah memberikan dana Rp6,4 juta untuk sewa rumah dan lahan. Sementara mereka tidak tahu bagaimana untuk mencukupi kebutuhan hidup termasuk membiayai pendidikan anak mereka. Saat ini mereka ada yang bekerja di ladang orang dan ada yang mengontrak ladang.

“Tanggal 26 Desember adalah  Natal terakhir kami bersama, setelah itu kami harus berpisah mencari tempat tinggal kami masing-masing. Saya sedih bagaimana nasib anak-anak kami,” kata  Hermina Br Karo sambil berurai airmata.

Untuk ke depannya, mereka berharap kiranya mereka tetap diperhatikan untuk pendidikan,  diberi pendampingan seperti bidang pertanian  dan spiritualitas. Perhatian juga diharapkan diberikan kepada warga yang desanya terdampak erupsi seperti pembangunan irigasi agar mereka bisa menanam padi. Saat ini mereka kesulitan karena irigasi tidak berfungsi maksimal karena dihantam banjir lahar dingin.

Ketua Moderamen  Pdt Agustinus Pengarapan Purba dalam sambutannya mengatakan, gereja akan terus berada di tengah masyarakat dan tetap peduli.  Untuk memenuhi kebutuhan hidup, harus ada yang diprioritaskan, mana yang paling urgen ditangani. Untuk menolong warga, tidak cukup hanya satu lembaga yang menangani, karena itu akan tetap dicari lembaga-lembaga lain yang ikut peduli terhadap pengungsi sinabung. Banyak cara Tuhan untuk menolong.Sementara saat ini,  gereja memperioritaskan bantuan dana yang ada untuk menutupi biaya pendidikan anak-anak pengungsi seperti pembayaran uang sekolah/kuliah, penyusunan skripsi dan lainnya.

Sementara itu Pdt WTP Simarmata dalam sambutannya menyebutkan, kunjungan mereka sebagai bentuk solidaritas UEM  yang berpusat di Jerman dan melayani di 3 benua yakni Eropa, Asia dan  Afrika untuk saling mendoakan, bersaksi dan berbagi. Karena dalam kebersamaan ada kekuatan. Walau ada perbedaan harus saling menghormati, perbedaan bukan untuk menciptakan konflik tapi melengkapi.

Pdt WTP mengajak semua warga pengungsi untuk tetap kuat dan tabah dalam menghadapi percobaan. Tuhan mengizinkan erupsi terjadi karena  Dia ingin kita semakin dekat dengan-Nya. Dalam berbagai cobaan, Dia memberi kekuatan agar umat-Nya bertahan. Orang yang sukses, mereka yang berhasil menghadapi tantangan.  Perlu kesabaran.Tuhan tidak akan meninggalkan masyarakat Karo.

Dia juga menyebutkan, akan membawa permasalahan pengungsi sinabung dalam rapat dan kegiatan UEM yang dalam waktu dekat dilaksanakan.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup, Pdt WTP mengajak kaum ibu bijak. Jangan putus asa, doanya pasti akan didengar Tuhan.

Turut memberi kata penguatan Pdt Rumanja Purba dan Pdt Debora Sinaga.(Eva Rina Pelawi)

 

 

 

 




Gereja Tidak Berpolitik Praktis


Natal GBKP 10 Klasis Medan Sekitarnya Meriah

 

Ketua Moderamen GBKP : Gereja Tidak Terlibat Dukung-mendukung Peserta Pilkada

 

Lubukpakam

GBKP secara instituisi tidak terlibat dalam dukung-mendukung  salah satu calon dalam pemilihan kepala daerah maupun pemilihan legislatif.Gereja berperan memberi pencerahan kepada jemaat. GBKP  berkiprah dan berkarya dalam mendukung pemerintah dalam bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). GBKP tidak berpolitik praktis.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Moderamen GBKP Pdt Agustinus P Purba dalam sambutannya saat perayaan Natal Koordinasi GBKP 10 Klasis Medan Sekitarnya, Minggu (3/12) di Openstage, Lubukpakam. Disebutkan, GBKP sesuai dengan visinya menjadi berkat bagi dunia, menyuarakan suara kenabian menjadi garam dan terang.  Bagi anggota gereja yang ikut berkompetisi dalam pemilihan hendaknya bisa menjaga identitas sebagai anak-anak Tuhan. Jadi nantinya siapapun  yang terpilih jadi kepala daerah, hendaknya jadi pemimpin yang berjuang untuk kesejahteraan warganya. Pertanggungjawabannya kepada Tuhan

Sementara itu Pdt Rehpelita Ginting yang jadi pengkhotbah dalam perayaan Natal tersebut mengatakan, banyak orang yang bangga akan jasa-jasanya dan kemampuannya. Dia mengandalkan kekuatannya. Orang yang demikian tidak akan mampu melihat dan mengerti karya Allah dalam kehidupannya.

“Dan kita jangan lupa, karya dan perbuatan  itu tidak akan mampu menyelamatkan kita. Hanya melalui Kristuslah keselamatan ada,” kata Pendeta, yang juga Sekretaris Umum Moderamen ini.

Sesuai dengan tema “Yesus Kristus  Kepenuhan Rahasia Allah yang Disingkapkan Bagi Manusia (Bandingkan Roma 16:25-27) dan subtema : Pemahaman akan kehendak Allah memampukan gereja menyukseskan tahun politik dan memperbaharui hubungan dengan seluruh ciptaan,” Pdt Rehpelita menyebutkan, Kristus lahir untuk keselamatan umat yang percaya. Rahasia Allah disingkapkan, kabar kesukaan bagi yang mau menerima.

Sekaitan dengan tahun politik yang dicanangkan GBKP tahun depan disebutkan,   dalam memilih kita harus benar-benar selektif. Jangan hanya karena suatu pemberian, langsung dipilih walaupun kita tahu dia bersama.

“Itu sering terjadi dalam pemilihan pertua/diaken di gereja. Sudah tahu bermasalah tetapi dipilih juga. Akibatnya ke depan banyak permasalahan yang terjadi. Jadi ke depannya, jangan dipilih yang bermasalah,” katanya.

Natal dengan Liturgis  Pdt Bandri S Sembiring dan  Pdt Mart Erkelinna Br Tarigan tersebut  diisi dengan pemasangan lilin yang dilakukan antara lain Ketua Moderamen GBKP Pdt Agustinus Purba, Pengkhotbah Pdt Rehpelita Ginting, Pdt Maslan Sitepu, mewakili Bupati Deliserdang Haris Binar Ginting, Bupati Simalungun JR Saragih, Ketua Panitia Pdt Darius Sembiring dan lainnya. Selain itu juga ditampilkan koor Moria, Mamre, pantomim dengan tema Allah menciptakan dan drama Kelahiran Kristus yang dibawakan oleh Permata (Kaum Muda ) GBKP Klasis Lubukpakam dengan kreatif.

                Bupati Simalungun JR Saragih yang hadir pada kesempatan tersebut dalam kata sambutannya menyatakan kekagumannya melihat peran kaum muda gereja yang mewarnai acara kebaktian, yang membuat warna Natal tersebut berbeda  dengan Natal yang selama ini disaksikannya. JR berharap, generasi muda terus dibina, diberi ruang kreasi agar mereka bisa terus bertumbuh. Karena gereja tanpa generasi muda akan mati.

                Sementara itu Ketua Koordinasi GBKP 10 Klasis Medan Sekitar Pt Em Timbangen Ginting mengatakan, perayaan Natal tersebut dilaksanakan untuk hanya untuk kemuliaan nama Tuhan dan menunjukkan eksistensi GBKP dalam naungan Moderamen. Sedangkan Ketua Panitia Perayaan Natal Pdt Darius Sembiring didampingi Pt Jetra Sembiring dan Bendahara Levina Peranginangin mengungkapkan rasa syukur  karena Natal berlangsung hikmat dan cuaca juga sangat mendukung.

Acara Natal yang dihadiri ribuan jemaat yang datang dari Deliserdang, Medan, Binjai dan Langkat diawali dengan prosesi para pendeta dengan panitia  dimeriahkan dengan hadirnya artis Lyodra Br Ginting dan Trio Alan Dhani Sitepu serta lucky draw dengan berbagai hadiah.(Eva Rina)

 

 

Jumat, 01 Desember 2017

Natal GBKP 10 Klasis Medan Sekitar

3 Desember Natal GBKP 10 Klasis Medan Sekitar di Lubukpakam

Medan

Memperingat hari kelahiran Kristus,  GBKP 10 Klasis Medan sekitarnya merayakan Natal di Open Stage Lubukpakam,  Minggu (3/12-2017).

Ketua Panitia Pdt Darius Sembiring didampingi Sekretaris Pt Jetra Sembiring dan Ketua Klasis Lubukpakam Pdt Bandri Senja Sembiring kepada wartawan,  Jumat (1/12) di Medan mengatakan,  perayaan Natal ini selain memperingati kelahiran Sang Juru Selamat,  juga untuk menjalin silaturahmi jemaat GBKP Medan sekitar dan persiapan pencanangan tahun gereja yang akan dilaksanakan awal tahun 2018. 

Dijelaskan,  dari perayaan Natal diharapkan jemaat semakin menyadari perannya di tengah gereja dan negara  dalam bingkai NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia).  Menjadi pembawa  damai dan saksi Kristus di tengah masyarakat  dan melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai tema perayaan  : Yesus Kristus  Kepenuhan Rahasia Allah yang Disingkap Bagi Manusia (Bandingkan Roma 16:25-27). Subtema : Pemahaman akan kehendak Allah memampukan gereja  menyukseskan  tahun politik dan memperbahurui hubungan dengan seluruh ciptaan.

Pdt Rehpelita Ginting yang juga Sekretaris Umum Moderamen akan dihadirkan menjadi pengkhotbah dan penyampai pesan Natal.

Perayaan Natal katanya direncanakan  dihadiri sekitar 4000 jemaat yang datang dari berbagai daerah antara lain dari Langkat,  Binjai,  Medan,  Deliserdang dan Serdang Bedagai.  Acara akan diisi dengan berbagai pujian bagi Kristus  yang ditampilkan anak-anak Tuhan yang telah  berlatih cukup lama.  Selain itu akan dihibur oleh artis Liyodra Br Ginting. Trio Alan Dhani Sitepu dan lainnya. (Eva R Pelawi)


Kamis, 23 November 2017

Peringatan HUT Ke-60 GBKP Rg Tanjung Merawa Kanan

GBKP Rg Tanjung Merawa Kanan Rayakan HUT ke-60
Ketua Moderamen : Nilai Hidup Bukan Panjang Pendeknya Umur, Tapi Bermanfaat Bagi Orang Lain

HUT ke-60 GBKP Rg Tanjung Morawa Kanan, Klasis Lubuk Pakam, Minggu (27/8-2011) diperingati dengan sederhana namun meriah di Jambur GBKP Rg Tanjung Merawa Kanan di Jalan Limau Manis, Deliserdang. Tema acara: Buat Bagindu Ibas Dahin-dahin Gereja

Ketua Umum Moderamen GBKP Pdt Agustinus Purba dalam khotbahnya yang diambil dari Roma 12:3-8 mengatakan, Paulus menyerahkan hidupnya untuk Tuhan. Dia sadar semua yang dilakukan dan dihadapinya karena kemurahan Allah. Hanya orang sadar akan anugrah Tuhan bisa berserah. Kasih karunia menjadi dasar umat Kristen. Ada ketulusan dalam pelayanan dan pekerjaan Tuhan.jauhkan pikiran duniawi untuk pelayanan, tetapi semua untuk menyenangkan  hati Allah semata.
Dalam kehidupan dunia sekarang yang penuh dengan tantangan ini, kata Pdt Agustinus, kita semua perlu terus belajar supaya tidak terjebak pengaruh dunia. Dalam melakukan pekerjaan, lakukan dengan tulus, jangan bersungut-sungut.
“Apapun yang kita lakukan hanya semata untuk Tuhan. Paulus mengingatkan ibadah yang sejati, persembahkenlah dirimu sebagai persembahan yang hidup.  Bukan sesuatu yang menjijikkan. Orang yang dibenarkan oleh iman akan hidup. Jaminan kehidupan bagian terpenting bagi yang beriman,” jelasnya.
Ibadah sejati disebutkan, sepenuhnya  menyerahkan diri untuk Tuhan. Bertemu dengan kasih karunia Allah dimungkinkan dalam setiap sisi kehidupan. Beribadah tidak dibatasi ruang dan waktu. Ibadah sejati menjadi tantangan karena kita kurang serius, tidak fokus. Sebagai contoh, saat kebaktian minggu, datang terlambat, pulang duluan. Ibadah tidak selesai ketika kebaktian minggu berakhir. Tapi semua proses kehidupan yang kita jalani merupakan ibadah. Termasuk mengambil bagian dalam pekerjaan gereja. Pekerjaan gereja merupakan pekerjaan Tuhan.
Gereja didirikan jemaat, missioner. Melakukan pekerjaan Tuhan Tuhan perlu perjuangan. Allah memakai orang percaya sesuai talentanya. Injil adalah kekuatan. Nyatakan iman dalam perbuatan sehari hari.
Pendeta juga menyatakan, nilai hidup bukan panjang atau pendeknya umur seseorang, tetapi bermanfaat atau tidak bagi sekitarnya. Sekaitan dengan itu, pendeta juga berharap, GBKP Rg Tanjung Merawa Kanan yang telah berusia 60 tahun tetap menjadi berkat  bagi sekitarnya.
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Turut ambil bagian dalam pekerjaan Tuhan . Banyak yang tidak sesuai dengan hati kita, tapi kita harus berlapang dada. Rancangan Tuhan bukan rancangan manusia.Tuhan hanya memberi satu waktu, ada masanya akan diambil. Karena itu manfaatkanlah sebaiknya untuk kemuliaan Tuhan. Jangan dipersoalkan  siapa yang paling berjasa. Karena Tuhanlah yang terutama.
Pada kesempatan itu, Pdt Agustinus juga menyampaikan pengalamannya saat berkunjung ke Korea Selatan beberapa waktu lalu. Banyak pengalaman yang diperoleh termasuk tentang tugas dan fungsi seorang pendeta. Dikatakan, di Korea Selatan seorang pendeta benar-benar menjadi seorang pemimpin spiritual. Jemaat didoakan supaya diberkati.  Karena itu, ia mengajak semua para pendeta dan pelayan Tuhan untuk mendoakan semua jemaat. Jangan hanya mendoakan diri sendiri saja.
Seusai kebaktian, acara dilanjutkan dengan pemotongan kue ulang tahun dan dibagikan kepada seluruh yang hadiri dilanjutkan dengan kata-kata sambutan dan pembacaan sejarah berdirinya GBKP Rg Tanjung Merawa Kanan oleh Pdt Julianus Keliat.
Tokoh Agama Kristen JA Ferdinandus dalam sambutannya menyebutkan, dalam menjalani hidup jangan sombong. Renungkan dan laksanakan firman Tuhan. Rawatlah gereja hingga menjadi berkat bagi masyarakat sekitarnya. Ia juga mengimbau setiap keluarga untuk menjalankan fungsinya. Mendidik  dan mempersiapkan anak-anak sebagai generasi penerus  gereja. Menjauhkan mereka dari pengaruh negatif Narkoba.
            Sebelum kebaktian, diawali dengan barisan prosesi dan tarian GBKP Simalem yang dipersembahkan oleh anak KAKR (Kebaktian Anak Kebaktian Remaja).

Selasa, 05 September 2017

Awan Panas dan Lahar Dingin Rusak Rumah & Fasilitas Umum di Kawasan Sinabung

Lengang dan  sunyi, itulah yang terasa ketika memasuki Desa Gurukinayan Kecamatan Payung, Kabupaten Karo yang beberapa waktu lalu  mengalami kebakaran karena semburan awan panas Gunung Sinabung. Bau  terbakar masih terasa. Rumah-rumah penduduk terlihat ditutupi debu, sebagian besar rusak seperti  atap berlubang, jendela yang tak berdaun lagi, kaca pecah,  tak terkecuali rumah ibadah gereja dan mesjid.
Beberapa ratus meter memasuki desa, terdengar suara gemuruh Gunung Sinabung yang ditutupi kabut,  Suara itu kedengaran seperti suara pesawat terbang dari kejauhan. Di dalam desa,  ternyata ada beberapa warga  sedang membongkar rumahnya dan membawa material yang dianggap masih bisa dipergunakan dengan mobil pick-up keluar desa. Suara dari gunung tidak mempengaruhi aktivitas mereka.  Seorang pria menatap rumahnya yang permanen dan mengaku sedang berpikir untuk membongkar rumahnya. “Kalaupun rumah ini dibongkar, yang bisa dipergunakan kembali hanya kosen  jendela, pintu dan kaca nako,” katanya yang kini tinggal di Desa Payung.
Dijelaskan,  rumah  yang merupakan  warisan orangtuanya turut terbakar ketika  awan panas menerpa Desa Gurukinayan. Ia berharap bencana ini bisa segera berakhir dan kehidupan masyarakat kembali normal seperti biasa.
Sementara itu beberapa warga juga terlihat sedang membongkar bangunan Gereja GPdI. Seorang pria bermarga Sitepu menyebutkan, gereja ini sebenarnya baru selesai direhab, namun akibat bencana Sinabung yang menghembuskan awas panas tidak bisa dipergunakan lagi.
“Kami sepakat mengambil material bangunan yang masih bagus untuk dipergunakan di bangunan gereja yang baru. Masih banyak yang bisa dimanfaatkan,” jelasnya.
Relawan GBKP  Wahyudi Mangara Tarigan yang juga dikenal sebagai Merap Cot Dogol (Pelawak Karo) bersama Staf Humas Moderamen GBKP Era Purnama Gurusinga yang turut serta bersama penulis kemudian menunjukkan kawasan lintasan awan panas dan rumah yang terbakar.  Desa Sukameriah yang berada di kaki Sinabung (zona 3 Km) terlihat dari kejauhan hanya tandus dan gersang dan yang kini hanya tinggal kenangan. Seluruh warga di desa tersebut harus direlokasi karena masuk zona merah.  Desa Sukameriah dan Desa Gurukinayan berbatasan langsung. Gurukinayan masuk zona 4 Km. 
Puing-puing 4 rumah adat siwaluh jabu dan 40 rumah warga terbakar terlihat berserakan dan ada beberapa pendatang yang melihat lokasi terbakar. Sementara rumah di sekitarnya juga terlihat seperti sudah lama tak berpenghuni. Yang ada hanya anjing dan kucing.  Peralatan dapur terlihat berserakan, kursi, meja dan lemari rusak dan tertutup debu. Dari kawasan tersebut juga masih terlihat kepulan asap atau uap yang diduga akibat awan panas dari Lau Borus yang memisahkan Desa Gurukinayan dan Berastepu. Walaupun demikian pohon pisang yang nampak layu mulai menumbuhkan pucuknya lagi. 
Menurut Plt Kepada Desa Gurukinayan, Pelin Sembiring, sebelum erupsi Sinabung, penduduk desa tersebut ada 812 KK. Kini  desa tersebut  telah dikosongkan dan sebagian penduduk berada di Simpang Gurki, Payung dan Batukarang. 
Seusai dari Desa Gurukinayan, menjelang sore kami melanjutkan perjalan ke DesaBerastepu. Desa ini juga tampak sepi. Banyak rumah yang ditinggalkan. gedung GBKP juga terlihat berdebu dan seperti sudah lama tak dikunjungi. Namun ada juga rumah yang ada penghuninya. Mereka terlihat duduk di luar sambil memandang Sinabung. Bahkan ada juga warga yang sedang bekerja di ladangnya.

Bronjong dan Lahar Dingin
Ternyata bukan hanya debu dan awan panas dari Gunung Sinabung  saja yang menjadi ancaman bagi warga.  Kala hujan deras turun di gunung, akan turun lahar  dingin dengan material lumpur  dan juga bebatuan baik kecil dan besar.
Banjir besar lahar dingin  terjadi  pada 28 April lalu menghancurkan sejumlah infrastruktur di beberapa desa.
Bronjong-bronjong yang dibangun pemerintah di sungai-sungai juga tak mampu menghempang laju lahar dingin. Ada juga bronjong  ikut  dibawa derasnya lahar bersama bebatuan dan lumpur dari gunung. Akibatnya terjadi pengikisan membuat sungai semakin lebar.
Kerusakan juga terjadi pada sejumlah jembatan. Dari pantauan penulis, di  jembatan Lau Borus  terlihat air yang berlumpur mengalir dari bawah pondasi jembatan. Pondasi menggantung.
Sementara keadaan jembatan (titi) Kambing jauh lebih parah. Satu sisi pondasi jembatan ikut terbawa lahar dingin. Jembatan tinggal ditopang tanah. Dikhawatirkan bila tidak cepat diperbaiki, jembatan itu akan runtuh. Jalan di sekitar titi Kambing menuju Simpang Perbaji juga rusak akibat tergerus lahar dingin yang melewati Desa Perbaji.
Di Desa Genting terlihat pemerintah sedang membangun jembatan dan mengeruk tanah untuk menjadi lintasan lahar dingin bila turun lagi. Karena sebelumnya pada Selasa, 28 April, menurut Mangara, ketika banjir lahar dingin, lahar dingin  tak hanya “mengikuti”  alur sungai saja, tapi  mengalir “sesukanya” membuat warga ketakutan seperti yang terjadi di Desa Perbaji. Akibatnya warga mengungsi ke gereja karena takut terkepung  lahar dingin.
Saat itu GBKP membuka dapur umum untuk melayani warga yang belum sempat makan karena banjir lahar dingin mulai terjadi sore hari.
Lahar dingin juga merusak ladang dan  lahan persawahan masyarakat di sepanjang aliran Lau Borus.
Areal persawahan di Desa Batu Karang juga terkena dampak kekeringan. Hal ini disebabkan    air Lau Borus yang selama ini mengaliri sawah mereka menjadi tersendat  akibat  terbendung bebatuan besar dan lumpur yang terbawa saat banjir lahar dingin.
Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Karo Ir  Subur Tarigan Tambun menyebutkan, pembangunan bronjong-bronjong untuk mengantisipasi banjar lahar dingin masih terus dilakukan  BWS  (Balai Wilayah Sungai) Sumatera II.  Pemkab Karo juga melakukan perbaikan jalan-jalan yang rusak. Terkait perbaikan infrastruktur yang rusak, Pemkab Karo tetap berkoordinasi dengan BWS yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat.
Pada kesempatan itu, Subur juga kembali mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu waspada dan hati-hati. Patuhi aturan yang dibuat instansi yang berwenang demi kebaikan bersama.
“Pemerintah akan terus mensosialisasikan mengenai zona larangan. Dibutuhkan kesadaran dan kerja sama masyarakat terutama untuk tidak memasuki kawasan terlarang,” katanya.

Gereja Tetap Hadir
Ketua Moderamen GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) Pdt Agustinus P Purba mengatakan, dalam menghadapi masalah terutama terkait erupsi Sinabung, gereja tetap hadir di tengah masyarakat.
“Sampai saat ini Posko masih tetap buka. Gereja  akan tetap membantu masyarakat semaksimal mungkin,” kata Pdt Agustinus.
Saat ini, jelas  pendeta gereja/ relawan terus melakukan pendampingan bagi masyarakat korban erupsi Sinabung,.  (Eva Rina Pelawi)

Minggu, 30 April 2017

Peringatan 127 Tahun GBKP 

Peringatan 127 Tahun GBKP Diwarnai Ziarah dan Napak Tilas

Rabu, 26 April 2017 | 23:45:48

HARIAN SIB/ EVA RINA PELAWI

ZIARAH: Ketua Umum Moderamen GBKP Pdt Agustinus Purba bersama pengurus lainnya meletakkan bunga di makam pekabar Injil bagi masyarakat Karo di Taman Marturia GBKP di Sibolangit pada peringatan 127 tahun GBKP, Selasa.

 Peringatan 127 tahun GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) diwarnai dengan berbagai kegiatan. Acara diawali dengan kebaktian di GBKP Runggun Sibolangit, Selasa (18/4) dengan pengkhotbah Ketua Umum Moderamen Pdt Agustinus P Purba.

Dalam khotbahnya yang diambil dari 1 Johanes 1:4, dia mengajak warga GBKP untuk merenungkan peran para pekabar Injil kepada masyarakat Karo di Desa Buluhawar, hingga menerima berita keselamatan.

Menurutnya, usia GBKP 127 tahun bukan kebetulan, tapi karena berkat Tuhan yang memanggil umatNya menjadi saksi Kristus. Seiring dengan perkembangan zaman, Pdt Agustinus mengajak semua yang hadir untuk merenung, apakah selama ini kita sebagai orang yang dipilihNya menjadi anakNya telah menjadi saksi Kristus dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari atau berkarya hanya untuk mencari ketenaran diri sendiri?

Disebutkan, kebangkitan Kristus untuk menghadirkan kehidupan di dunia. Karena itu, orang-orang pilihan Tuhan harus jadi saksiNya. Damai sejahtera bagi orang pelayan Tuhan.

Usai kebaktian, acara dilanjutkan dengan ziarah ke makam para penginjil dan mantan ketua umum Moderamen GBKP di Taman Marturia, Sibolangit. Peletakan bunga diawali Moderamen dan mantan Moderamen diikuti dengan para pengurus klasis dan undangan yang hadir. Makam yang diziarahi antara lain makam Pdt Neuman, Pdt Dr Anggapen Ginting Suka, Pdt JK Wijnaarden dan Pdt Thomas Sitepu. Peringatan HUT tersebut juga diwarnai dengan tiup lilin dan pemotongan tumpeng cimpah matah dan dibagikan kepada pengurus klasis, perwakilan biro dan umat pelayanan di GBKP.

Pada hari tersebut, acara dilanjutkan dengan diskusi panel sejarah zending di GBKP dengan 3 orang narasumber yakni mantan Ketua Umum Moderamen GBKP Pdt MP Barus, Pdt Selamat Barus dan Pdt Mehamat W Tarigan. Masing-masing pendeta tersebut memaparkan tentang pekabaran Injil kepada masyarakat dan perkembangannya hingga berdiri GBKP dan bagaimana harapan peran GBKP ke depannya. Hasil diskusi panel tersebut direncanakan dibuat menjadi sebuah buku dan menjadi refrensi jemaat GBKP.

Rangkaian acara lainnya, napak tilas dari Desa Bukum ke Desa Tanjung Barus yang antara lain diikuti pendeta, vicaris dan detaser untuk mengenang perjalanan dan merasakan pengorbanan para pekabar Injil terdahulu yang melintasi hutan dan bebukitan untuk menuju daerah pelayanannya. Sebelumnya dilaksanakan acara malam puji-pujian di Desa Bukum dipimpin Pdt Masada Sinukaban. KKI (Kebaktian Kebangunan Iman) dan meditasi dilaksanakan di Desa Tanjung Barus dipimpin Pdt Krismas Imanta Barus. Walau hujan deras turun tidak menyurutkan semangat ratusan jemaat mengikuti acara hingga tengah malam
.
Menurut Ketua Panitia Peringatan 127 Tahun GBKP Pdt Masada Sinukaban, kegiatan peringatan HUT ini akan berlangsung hingga Mei berupa KKI di 3 desa dan aksi peduli kebersihan Sibolangit-Penatapan-Berastagi sepanjang Jalan Jamin Ginting. Dia berharap dengan berbagai kegiatan tersebut, kehadiran GBKP akan semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.(Eva Rina P) 

Tomi Wistan "Anak Pinggiran" Merambah Kota

Tomi Wistan "Anak Pinggiran" Merambah Kota

Minggu, 1 November 2015 | 17:01:37, HARIAN SIB

Mendapat tantangan berupa ejekan dan hinaan ketika memulai usaha sebagai developer tak pernah menyurutkan langkahnya  terus maju untuk sesuatu yang ingin diraihnya. Itulah Tomi Wistan pengusaha property yang Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP REI periode 2014-2016. 

Jiwa bisnis yang dimiliki Tomi Wistan mengalir dari orang tuanya yang berbisnis material bangunan di Kabupaten Serdang Bedagai. Ketika kuliah semester III di  Universitas Tarumanegara Jakarta jurusan Arsitektur, pria kelahiran Desa Pon, Sergai 15 Oktober 1971 ini mulai belajar berusaha. Berbeda dengan teman-temannya yang konsentrasi kuliah, ia memilih kerja sambil kuliah. Ia bekerja sebagai broker agen property freelance hingga tamat kuliah.

Pria lulusan SMA 1 Sutomo Medan ini kemudian bersama teman-temannya mencoba melamar kerja, namun ia selalu tak diterima.
"Mungkin karena nilai saya pas-pasan, jadi saya tidak diterima," katanya.
Namun itu semua tak membuat mantan Ketua DPD REI Sumut ini berputus asa. 

"Memang tidak semua yang terjadi sesuai rencana, namun hidup bagai air yang mengalir. Bila terbendung, cari celah untuk bisa mengalir lagi. Setelah beberapa kali lamaran ditolak, saya putuskan tidak mau melamar lagi, harus jadi pengusaha," katanya.

Tomi kemudian memutuskan menjadi kontraktor serta membuka bisnis percetakan bersama rekannya di Jakarta. Seiring perjalanan waktu, bisnis percetakan dan advertisingnya maju pesat hingga usaha kontraktornya ditinggal.

Namun situasi ternyata tak selalu memihak mantan Ketua Kadin Sergai ini. Akibat krisis moneter (krismon)  1998, usahanya juga terkena imbasnya, bisnis anjlok. Tak kenal kata putus asa, ia kemudian menekuni bisnis MLM (Multi Level Marketing). Dalam kerja kerasnya, ia berhasil merekut banyak orang menjadi jaringannya. Walaupun krismon, tak membuat dia bermasalah dalam segi keuangan. Saat menuju puncak, Desember 1999 Tomi Wistan dipanggil orangtuanya pulang kampung untuk membantu usaha keluarga. Usaha keluarga ini kemudian dikembangkannya jadi usaha kontraktor alat berat dan timbunan.

Pada tahun 2003, ia kembali mendekati  habitatnya semula sebagai developer secara tak sengaja. Ia ingin membantu teman baiknya yang ingin menjual tanah. Namun karena tak laku-laku, akhirnya Tomi diminta membeli tanah tersebut dengan pembayaran dicicil. Setelah terjadi kesepakatan, Tomi memutuskan membangun rumah toko yang sekarang menjadi pusat bisnis di Sergai.

"Saat itu Sei Rampah masih kecamatan dan masih masuk Deliserdang. Saya ingin turut serta membangun daerah kelahiran saya, " katanya.

Saat membangun kawasan yang dinilai banyak orang seram karena di samping kuburan dan kawasan berawa, banyak orang yang mencemohkannya dan pesimis. Mereka juga menilai properti sulit berkembang di Sei Rampah yang kota kecil Saat ruko selesai, Tomi juga menjual propertinya dengan harga murah dengan tujuan investor masuk dan buka usaha di  Sei Rampah agar pelayanan bagi masyarakat berkembang.

Setelah Kabupaten Serdangbedagai terbentuk sebagai pemekaran dari Kabupaten Deliserdang, Sergai langsung memiliki pusat bisnis yang saat ini dikenal dengan nama Asia Business Centre. Masyarakat pun tak perlu lagi harus ke Tebingtinggi untuk berbelanja, karena di kawasan bisnis tersebut semua tersedia.

Sukses dalam pembangunan di Sei Rampah, Tomi Wistan terus mengembangkan bisnisnya. Proyek propertinya telah ada di 8 kabupaten/kota di Sumut seperti di Medan, Labuhanbatu, Tebingtinggi dan lainnya. Selain itu bisnisnya juga telah merambah ke provinsi lain seperti Riau.

MAIN DI PINGGIRAN

Dalam menggerakkan bisnisnya, Wakil Ketua Umum Kadinsu ini juga selalu memiliki pertimbangan khusus seperti ia cenderung membangun di daerah pinggiran, namun  ada prospek untuk berkembang. Jadi tidak hanya membangun di kota besar.

Tomi juga berprinsip, setiap daerah tempatnya membangun, ia juga menjadi investor, sebagai developer yang membangun kawasan tidak potensil menjadi potensial. Ia juga selalu memanfaatkan orang di daerah tempatnya membangun sebagai mitra. Banyak tantangan di lapangan sebagai developer, tapi Tomi Wistan tak pernah surut demi komitmen turut serta dalam membangun bangsa.

Di tengah kesibukan menjalankan bisnisnya, Tomi tidak lupa untuk hidup bermasyarakat dan berorganisasi di lingkungannya seperti menjadi  pengurus di Yayasan Muara Sutra Sei Rampah, wakil ketua komite asosiasi provinsi bersaudara Sumut dan lainnya. (Eva Rina Pelawi/ r) 

Mengenal Ketua Moderamen GBKP periode 2015-2020

Mengenal Ketua Moderamen GBKP periode 2015-2020

Pdt Agustinus Purba STh  MA, Berkarya Tanpa Pamrih


Melayani, melayani dan melayani  itulah yang selalu ditekankan  Pdt  Agustinus Pengarapen Purba STh MA dalam menjalankan tugasnya sebagi seorang pendeta di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Dia meyakini,  kehadiran gereja di tengah-tengah masyarakat adalah untuk melayani, melayani dan terus melayani serta menjadi saksi kepada semua masyarakat tanpa mengenal status sosial, suku dan  agama.

Pria kelahiran Medan, 21 Agustus 1966 ini baru terpilih  sebagai Ketua Umum Moderamen GBKP periode 2015-2020 pada Sinode ke-35 di RC Sukamakmur, Deliserdang. Sebelum terpilih sebagai ketua umum,  Pdt Agustinus  menjabat sebagai Ketua Bidang Diakonia Moderamen GBKP periode 2010-2015. Dalam menjalankan tugasnya sebagai Kabid Diakonia dia lebih banyak melayani dan terakhir  berkecimpung dalam penanganan dampak erupsi Sinabung bagi masyarakat. Dalam penanganan pengungsi Sinabung , ayah dari  Agatya Doretha Br Purba, Louis Sri Ananda Br Purba dan Pascal Dominggo Purba 3  ini melakukan pelayanannya dengan sungguh-sungguh dan  tulus serta tidak memandang suku dan agama.

“Tidak boleh ada yang kelaparan dan kedinginan dan anak-anak harus terus bersekolah” itulah pokok pelayanan yang terus ditekankan  alumni Protestant University Wuppertal/Bethel –Germany ini.     
Gereja kata pria yang sejak kecil memang bercita-cita jadi pendeta ini karena termotivasi dengan tugas pelayanan,  akan terus berada di masyarakat . Gereja  tidak akan pernah meninggalkan mereka. Melalui pelayanan  ini pada tahun 2014, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) memberikan penghargaan tokoh inspiratif “ Reksa Utama Anindha” kepadanya. Penghargaan ini karena  dianggap berperan banyak dalam membantu pengungsi Sinabung. Sebelumnya, Pdt Agustinus  juga aktif mengkoordinir relawan GBKP untuk pelayanan bencana tsunami Aceh di Meulaboh  dan Mentawai.

Kini sebagai Ketua Moderamen,  dikatakan Pdt Agustinus, bersama dengan 9 pengurus Moderamen lainnya akan melaksananakan amanah dan putusan  Sinode pada April 2015 lalu, antara lain  fokus pada pembinan internal untuk peningkatan spiritualitas internal GBKP mulai dari tingkat PJJ  (sektor) hingga ke sinodal. Dengan program prioritas ini diharapkan tahun 2016, GBKP akan menjadi gereja yang misioner. Semua jemaat berkontribusi dalam menyampaikan berita suka cita kepada semua orang.

“Kita menjadi pelayan Kerajaan Allah berarti berusaha mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat, misalnya  menjalin dan meningkatkan rasa persaudaraan, kerja sama, dialog, tingkatkan  solidaritas,  memperhatikan yang lemah, miskin, tertindas dan yang terpinggirkan,” kata  pendeta yang telah melanglang buana ke berbagai negara ini untuk memperdalam pengetahuan dan memperluas wawasan ini.
Sebagai orang yang dipilih Allah kata pendeta yang ditahbiskan (itangkuhken) pada Maret 1993 di Desa Perbesi ini,  kita harus terus berkarya dan bekerja sebagai saksi Kristus tanpa pamrih. Karena anugrah terbesar telah kita terima.

Terlepas dari urusan gereja dan pelayanan,  pendeta yang meraih gelar master dari Protestant University Wupertal/Bethel –Germany (Master of Arts-Diakonic Management) ini dikenal sebagai sosok yang rendah hati,  sangat bersahabat dan low profile. Penampilannya bersahaja dan sederhana. Dalam pergaulannya dengan berbagai kalangan dan pegawai di lingkungan kantor Moderamen, tidak ada jurang pemisah dalam berkomunikasi.

Di tengah kesibukannya dalam berbagai  tugas pelayanan, waktu untuk keluarga juga tetap ia sediakan. Dalam keluarga dia juga dikenal sebagai sosok seorang ayah yang  dekat  anak-anaknya. Dia selalu menyempatkan diri  menjalin komunikasi dengan istrinya Rosmeri Peranginangin dan anak - anaknya yang sudah mulai beranjak dewasa.
"Kami mendukung penuh pelayanan bapak sebagai hamba Tuhan," kata Rosmeri.
Bila dipikirkan secara duniawi katanya, sangat tidak adil waktu yang disediakan untuk keluarga dibandingkan dengan pelayanan di luar rumah. "Tapi kami sadar, itulah panggilannya. Jadi bila ada waktu berkumpul keluarga, sangat kami manfaatkan. Biar singkat tapi berkualitas," jelasnya.
Sebelum masuk sebagai anggota Moderamen Pdt Agustinus melayani di GBKP Kutabuluh Simole, kemudian menjadi Ketua Klasis Sinabun. Tahun 2001 ia diangkat menjadi Direktur Yayasan Ate Keleng /Partisipasi Pembangunan Masyarakat (Parpem) GBKP.(Eva Rina Pelawi/Harian SIB)

Medan, 30 Mei 2015

Nias Utara, Kabupaten Baru Menggeliat dalam Keterbatasan


SABTU, 27 MARET 2010

Nias Utara, Kabupaten Baru Menggeliat dalam Keterbatasan


Kabupaten Nias Utara dengan ibukota Lotu merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias pada 26 November 2008 dan diresmikan pembukaannya oleh Mendagri pada 26Mei 2009 bersamaan dengan beberapa daerah lain di nusantara termasuk Kabupaten Nias Barat dan Kota Gunung Sitoli.

Nias Utara dengan luas wilayah 1.471,36 km2 memiliki 112 desa dan 1 kelurahan yang berada dalam cakupan 11 kecamatan dengan penduduk 137.591 jiwa. Sebagai daerah yang baru dimekarkan, juga telah ditetapkan pejabat bupati yakni Drs. Tolo'aru Hulu yang memiliki 4 tugas utama yakni mempersiapkan struktur dan mekanisme pemerintah Kabupaten Nias Utara, menyelenggarakan pemerintahan selaku daerah otonom baru, memfasilitasi pembentukan DPRD dan memfasilitasi pemilihan bupati/wakil yang defenitif.

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Untuk mendukung penyelenggaraan pemkab Nias Utara, pemkab Nias sebagai kabupaten induk menyerahkan 1410 personil PNS. Dengan personil serta sarana dan prasarana yang sangat terbatas dan dukungan dana Rp 9M pemkab Nias Utara menata organisasi pemerintahan daerah. Pemkab mulai menata organisasi pemerintahan daerah, keuangan daerah, dan fasilitas pendukung kerja yang memungkinkan penyelenggaraan pemerintah diantaranya penataan kewenangan daerah, pembentukan perangkat daerah, penataan keuangan daerah, renovasi puskesmas Lotu menjadi kantor sementara bupati dan kantor camat Lotu menjadi kantor sementara beberapa SKPD, penerimaan CPNS dan lainnya.

Untuk percepatan penyelenggaraan pemerintahan, telah dilakukan pelantikan pejabat struktural pada berbagai tingkat eselonisasi sesuai organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Nias Utara. Namun karena keterbatasan PNS yang memenuhi persyaratan administrasi kepegawaian, tidak semua struktur dapat terisi .

Pemkab Nias Utara untuk 2010 memiliki anggaran Rp 146M yang berasal dari dana alokasi umum (DAU) Rp 108M dan dana alokasi khusus termasuk dana bagi hasil pemerintah pusat dan pemprov Sumut Rp 38M. Dengan memperhatikan alokasi anggaran yang tersedia, pejabat Bupati Nias Utara dengan pertimbangan prioritas pembangunan saran dan prasarana perkantoran mencoba menghitung taksasi belanja pemerintah daerah. Hasilnya gaji dan tunjangan PNS Rp 50.500.000.000, alokasi gaji CPNS yang baru (350 orang) Rp 7.510.000.000, fasilitas pemilihan bupati/wakil bupati (direncanakan oktober 2010) Rp 7.000.000.000, fasilitas pembentukan DPRD kabupaten Nias Utara (yang diprogramkan KPU Nias Utara aktif bertugas pada maret 2010) Rp 80.000.000 serta belanja rutin/program/kegiatan pemerintah daerah melalui SKPD Rp 82.910.000.000.

Dengan belanja rutin/program/kegiatan pemerintah daerah yang dikelola masing-masing SKPD Nias Utara sejumlah Rp 82.910.000.000 telah direncanakan beberapa program yang sangat prioritas dalam mendukung fondasi awal penyelenggaraan pemerintahan diantaranya pembangunan kantor bupati, pembangunan kantor DPRD, pembangunan perkantoran SKPD, pembangunan rumah bupati, pembangunan kios tertutup di ibukota kabupaten. Pembangunan lainnya pembangunan jalan lokasi kantor bupati yang baru dan beberapa ruas jalan, penyusunan rencana umum tata ruang kabupaten Nias Utara, pembangunan fasilitas sumber air bersih, pengembangan pertanian, pendidikan dan kesehatan.

Selain hal tersebut, juga ada rencana dan program pemerintah yang segera dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama yakni persiapan pembentukan DPRD Nias Utara, persiapan pemilihan bupati/wakil bupati defenitif.

Dilihat dari sumber pendapatan dan pembiayaan daerah, menurut Hulu Nias Utara tergantung dari pemberian pemerintah pusat/propinsi dan kabupaten. Karena itu perlu dipikirkan sumber pendapatan lain sebagai pendamping dana dari pemberian pusat.

POTENSI
Nias Utara memiliki potensi yang cukup signifikan dan merupakan kekayaan yang tidak terhingga bila dikelola dengan baik. Sumber hasil bumi seperti karet yang mencapai notering Rp 20.000/Kg dan coklat.

Kedua jenis komoditi tersebut merupakan sumber utama pendapatan masyarakat pendesaan yang mayoritas petani disamping komoditas lainnya. Hasil bumi yang terkandung dan belum tersentuh yakni batubara di Kecamatan Namohalu dan sebagian di kecamatan Afulu dan Lahewa Timur yang telah di survey investor asing. Sementara di bidang pariwisata, sebagian besar pesisir pantai serta pulau memiliki daya tarik tersendiri. Bila ditata akan memiliki keeksotikkan tersendiri. Daerah wisata tersebut antara lain air terjun Luaha Ndroi, pantai indah Afulu, pantai Teluk Bengkuang dan bukit Hilimaziaya. Bidang kelautan, perikanan, pertambangan, perkebunan dan wisata bisa menjadi andalan utama untuk meningkatkan PAD (pendapatan Asli Daerah). Dalam usia yang belum menca pai satu tahun, Nias Utara terus menggeliat dalam pembangunan dalam keterbatasan.

Drs Tolo'aru Hulu dalam eksposenya di hadapan masyarakat Nias Utara di Medan dan Jakarta beberapa waktu lalu menjelaskan, kondisi Nias Utara saat ini jauh berbeda bila dibandingkan dengan daerah otonom lainnya. Dalam upaya mensejajarkan diri dengan daerah lain tidak mungkin dilakukan dalam sekejap. Perlu proses dan waktuyang cukup lama dan harus dibarengi manajemen pemerintah yang profesional. Sumber daya yang ada sebagai modal dasar perlu diolah dan dimanfaatkan secara efektif.

KENDALA
Dalam usia yang masih muda, Nias Utara memiliki banyak kendala dalam upaya percepatan pembangunan kesejahteraan masyarakatnya. Sarana dan prasarana yang sangat minim misalnya gedung perkantoran pemerintah yang masih belum terbangun. Tenaga pegawai yang sangat sedikit untuk memberikan pelayanan kepada publik baik dalam hal administratif, pendidikan dan kesehatan.

Kendala lainnya, sumber daya manusianya yang masih rendah, kemampuan dana yang terbatas, perangkat perundang-undangan yang belum tersedia.

Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, di bidang pendidikan, Nias Utara kekurangan ribuan tenaga pendidik mulai dari guru TK,SD,SMP,SMA maupun SMK.

BUTUH DUKUNGAN
Sesuai dengan mandat yang diperoleh, Pj Bupati hanya akan menjabat hingga 26 Mei 2010. Disebutkannya, masih butuh waktu yang panjang untuk berbenah dan mencapai tujuan.

Untuk mencapai tujuan pemekaran dikatakan, saat ini diperlukan komitmen yang kuat dan konsistensi semua pihak untuk meletakkan pondasi yang kokoh dan benar dalam menyelenggarakan pemerintah, tidak hanya didasarkan pada kepentingan sesaat yang berorientasi pada kekuasaan.

Selain itu, untuk menggali potensi daerah, perlu tindak lanjut identifikasi berbagai sumber daya yang benar-benar ada dan berpotensi dapat mesejahterakan masyarakat. Diperlukan regulasi-regulasi daerah yang mampu mengangkat potensi yang ada dan memberi kontribusi bagi PAD tanpa melanggar ketentuan yang ada.

Juga dirasakan perlu penataan wilayah yang memberikan kontribusi bagi masyarakat dengan mempertimbangkan berbagai potensi yang dimiliki masing-masing kawasan sehingga mampu membangkitkan perekonomian serta menunjang pembangunan infrastruktur secara merata.

Pemkab Nias menurut pejabat bupati, menyadari sepenuhnya perlunya dukungan dari masyarakat Nias Utara di mana pun berada. Tanpa dukungan, semua rencana penyelenggaraan pemerintah meskipun dibangun dengan ide yang brilian dan inovasi yang sedemikian maju tidak akan tercapai.

Untuk itu Pemkab Nias Utara sangat mengharapkan dukungan dari semua elemen masyarakat Nias Utara di mana pun berada. Walaupun masih terbatas dari semua sisi, pj bupati yakin dalam kebersamaan dan saling bahu membahu semua akan bisa diatasi.(Eva Rina Pelawi)

Tapteng, Negeri Wisata Sejuta Pesona Berbenah

Tapteng, Negeri Wisata Sejuta Pesona Berbenah

Mengejar Ketertinggalan

* Catatan Eva Rina Pelawi, Sekretaris Redaksi SIB

Harian SIB, Minggu, 6 April 2014 | 22:49:19

Ingin berwisata? Tapanuli jadi alternatif baru. Selama ini berbicara mengenai Tapanuli, yang kita bicarakan hanya kemiskinan, jalan rusak atau lainnya yang membuat miris. Padahal banyak potensi yang terpendam, baik itu kekayaan laut, alam dan sejarah.

Kini Bona Pasogit mulai bangkit mengejar ketertinggalannya, khususnya Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) dengan ibu kota Pandan berbenah menunju kesejahteraan. Berbagai sarana dan prasarana dibangun untuk kemajuan.

Tapteng merupakan kabupaten di kawasan pantai Barat Pulau Sumatera. Sebagian besar wilayahnya berada di Pulau Sumatera dan sebagian lagi berupa pulau kecil yang jumlahnya sekira 31 pulau.

Sejak dilantik menjadi Bupati Tapteng Agustus 2011, Bonaran Situmeang SH MHum langsung merancang berbagai program untuk keluar dari image kawasan daerah tertinggal. Sebagai daerah yang telah tersedia sumber daya alamnya yang indah dan menarik, Pemkab Tapteng mulai berbenah untuk menarik minat wisatawan datang berkunjung dengan slogan “Horas Tapteng Minapolitan, Negeri Wisata Sejuta Pesonaâ€. Pemkab mulai membenahi infrastuktur jalan yang selama ini diketahui rusak hancur-hancuran. Walaupun belum sepenuhnya mulus karena butuh dukungan dari APBN dan APBD Provinsi, hasilnya sudah mulai dirasakan masyarakat. Puluhan pulau dan kawasan yang dinilai layak jual sebagai daerah wisata mulai dibenahi dan dipromosikan, tanpa melupakan situs sejarah.

PULAU MURSALA
Dari puluhan pulau yang dimiliki Tapteng, Pulau Mursala yang berada di Kecamatan Tapian Nauli terletak antara Pulau Sumatera dan Nias merupakan pulau terbesar dengan luas kurang lebih 8000 Ha. Mursala dinilai layak jual menjadi daerah tujuan wisata. Untuk mencapai pulau yang berjarak 22,5 Km dari Pandan ini, bisa ditempuh dengan speedboat sekitar 60 menit atau 3 jam dengan kapal bermotor biasa. Di pulau ini terdapat air terjun dengan ketinggian sekira 35 m yang airnya langsung jatuh ke laut. Hal ini membuat air laut di sekitarnya rasanya tawar (tidak asin). Menariknya lagi, di dasar perairan di sekitar Mursala terdapat terumbu karang yang indah dan khas. Perairan Mursala juga bisa menjadi tempat diving (berselam).

Keindahan Mursala yang memanjakan mata dan disebut-sebut tidak kering walaupun kemarau hanya bisa kita nikmati dari boat yang ditumpangi karena belum adanya dermaga. Direncanakan pulau ini akan dibangun pihak investor dengan konsep ramah lingkungan dengan dana sekira Rp50 M. Sebagai upaya mendukung Mursala sebagai daerah tujuan wisata, Pemkab Tapteng juga tengah memperjuangkan pelaksanaan Sail Mansalaar tahun 2015. Dengan kehadiran kapal-kapal dari negara lain, diharapkan Pulau Mursala akan semakin dikenal di dunia internasional.

PULAU PUTRI
Dari kejauhan, Pulau Putri sudah menunjukkan keeksotisannya dengan pasir putih yang indah dan pohon kelapa melambai di bibir pantai. Masih jauh dari polusi dan gangguan, terlihat ikan berenang ke sana kemari.

Di pulau yang luasnya sekira 2 hektar ini, wisatawan bisa melakukan berbagai kegiatan seperti berenang dan menyelam menikmati keindahan bawah laut atau memancing sepuasnya. Walaupun masih butuh polesan, pulau ini sudah mampu memikat pengunjungnya untuk tinggal lebih lama memandang laut luas dan alam sekitarnya.

Untuk menambah berbagai fasilitas bagi pengunjung, Pemkab Tapteng juga telah membangun Sport Fishing Area di kawasan Pulau Bakkar dan Pulau Ungge, Kecamatan Badiri. Peresmiannya telah dilaksanakan Agustus 2013. Pengadaan rumpon (sarang ikan) telah dilaksanakan sejak tahun 2012 dan tahun ini pembangunan dilanjutkan dengan pembuatan berbagai fasilitas pendukung sebagai lokasi memancing favorit di Pantai Barat. Dalam pengelolaannya, akan dibuat MoU antara Bupati Tapteng dengan masyarakat nelayan sebagi wujud kawasan minapolitan yang akan meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Sebelum pembangunan berbagai pulau, Pemkab Tapteng terlebih dahulu membenahi Pantai Bosur di Pandan yang jadi dermaga keberangkatan ke pulau-pulau lain. Saat ini di Pantai Bosur telah dibangun berbagai sarana berupa kursi dan meja tempat bersantai dan berjemur.

Menurut Bupati Bonaran Situmeang, Pantai Bosur tidak kalah dengan pantai jimbaran di Bali. Dengan program pembangunan yang telah ditetapkan dan akan dilaksanaan, kunjungan wisatawan akan terus meningkat. Sejak soft opening pada Sabtu, 7 Desember 2013 lalu, masyarakat mulai ramai mengunjungi Pantai Bosur terutama pada Sabtu dan Minggu untuk menikmati alam dan sunset serta kuliner khas Tapteng.

WISATA SEJARAH
Walaupun sibuk dengan program wisata bahari, Pemkab Tapteng juga membenahi situs sejarah. Barus banyak menyimpan sejarah tentang masuknya Islam ke nusantara. Salah satu bukti sejarah tersebut adanya makam Syekh Machmud di Papan Tinggi Desa Penanggahan, Kecamatan Barus dan makam Syekh Rukunuddin di Mahligai.

Pada tahun 2013 Pemkab telah menyusun design makam tersebut dan Mei tahun ini pembangunan tahap pertama dimulai. Untuk mendukung pembangunan makam papan tinggi yang terintegrasi menjadi daerah tujuan wisata rohani, menurut Pemkab Tapteng sejumlah warga di desa Penanggahan juga telah menghibahkan sejumlah lahannya kepada pemerintah.

Secara umum, makam papan tinggi layak menjadi objek wisata rohani. Di lokasi tersebut ada makam istimewa yang panjangnya sekira 7 meter dan beberapa makam lainnya. Untuk mencapai makam tersebut kita akan mandi keringat, perlu stamina dan niat yang kuat karena makam tersebut berada di puncak bukit. Dan untuk sampai ke sana kita harus menapaki antara 800 hingga 1000 anak tangga. Namun ketika sampai di puncak, rasa letih dan lelah akan terbayar, karena kita bisa menikmati pemandangan yang indah. Dari puncak kita bisa memandang kota Barus, hutan yang hijau serta hamparan biru lautan.

Untuk kenyamanan para pengunjung, ke depan Pemkab membangun shelter tempat beristirahat para pengunjung sebelum sampai ke puncak. Tangga diperlebar menjadi 3 meter.

Setelah pembangunan dan pengembangan makam papan tinggi dan mahligai, Pemkab, juga akan membangun Christmas Mountain di Barus Utara yang akan menguatkan penemuan sejarah melalui peninggalan situs cagar budaya bahwa Barus sekitarnya adalah tempat pertama kali agama Islam dan Kristen masuk ke Indonesia.

Selain itu, Pemkab juga mulai melestarikan pohon Kapur Barus yang nyaris punah untuk kembali meraih kejayaan Barus dengan kapur dan rempah-rempahnya.

MENTAL
Dari semua program yang dilaksanakan Pemkab Tapteng, satu hal yang paling berat dilakukan adalah mengubah sikap mental masyarakatnya. Dengan seabreg pembangunan, apakah masyarakatnya sudah siap mental lahir dan batin? Untuk mendukung program “negeri wisata sejuta pesona†bupati mengajar di hampir semua sekolah lanjutan di Tapteng. Menurut Bonaran, untuk mengubah sikap mental pada para pelajar masih lebih mudah. Mereka ini diharapkan jadi duta-duta penerangan di lingkungannya.

Tapteng tidak akan berhasil jadi daerah tujuan wisata bila tidak didukung masyarakat dan pelaku dunia usaha. Pelayanan yang terbaik bagi pengunjung adalah modal utama agar mau kembali ke Tapteng. Itu adalah promosi yang paling efektif,†kata Bonaran di hadapan para insan Pers dalam acara Gathering Pemkab dan Pimpinan Redaksi di Pandan baru-baru ini.

Untuk memudahkan para wisatawan datang berkunjung, pembangunan bandara juga digiatkan berupa lanjutan pembangunan runway, taxiway, apron, navigasi dan alat-alat keselamatan Bandara Dr FL Tobing Pinang Sori. Bila tidak ada hambatan pada Juni 2014, pesawat Garuda dengan type Bombardier CRJ 1000 next generation akan membuka rute penerbangan Jakarta –Pinang Sori- Kualanamu dan Pinang Sori-Jakarta.

Dengan semua program tersebut, Bupati Tapteng menyebutkan butuh anggaran yang cukup besar. Dengan dana APBD yang terbatas ia berharap dukungan dari pemerintah pusat dan propinsi. Pertumbuhan ekonomi Tapteng memang di atas Sumut, namun belum proporsional dengan penyerapan tenaga kerja. Melalui percepatan pembangunan minapolitan dan negeri wisata sejuta pesona lintas sektor Pemkab Tapteng meyakini akan dapat mengatasi persoalan tersebut. Perlu suatu terobosan dan kebijakan yang tepat untuk mewujudkan masyarakat Tapteng yang maju sejahtera dan bermartabat. (f)